UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
NIA DARMAWATI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Catatan emas telah ditorehkan umat islam dalam membangun peradaban islam di muka bumi ini. Selama hampir 9 abad peradaban islam menguasai dunia. Bermula dari kepemimpinan Rasulullah, Khulaur Rasyidin, dan pasca Khulafaur Rasyidin. Dimana salah satunya adalah dinasti Bani Umayyah yang berkuasa selama 90 tahun. Kerajaan Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan 41H/661M di Damaskus dan berlangsung hingga 132H/750M. Sejarah telah membuktikan prestasi yang ditorehkan Bani Umayyah ini.
Rumusan Masalah
Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Umayyah?
Siapa sajakah para khalifah Dinasti Umayyah?
Apa sajakah kemajuan yang dialami Dinasti Umayyah?
Apa penyebab kehancuran Dinasti Umayyah?
BAB II
PEMBAHASAN
SEJARAH BERDIRINYA DINASTI UMAYYAH
Nama Dinasti Umayyah dinisbatkan kepada Umayyah bin Abd Syams bin Abd Manaf. Ia adalah salah seorang tokoh penting di tengah Quraisy pada masa Jahiliyah. Ia dan pamannya Hasyim bin Abdu Manaf selalu bertarung dalam memperebutkan kekuasaan dan kedudukan.
Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb. Muawiyah di samping sebagai pendiri daulah Bani Abbasiyah juga sekaligus menjadi khalifah pertama. Ia memindahkan ibu kota kekuasaan islam dari Kufah ke Damaskus.
Muawiyah berhasil mendirikan Dinasti Umayyah bukan hanya dikarenakan kemenangan diplomasi di Siffin dan terbunuhnya Khalifah Ali. Melainkan karena dari semula gubernur Suriah itu memiliki “basis rasional” yang solid bagi landasan pembangunan politiknya di masa depan. Pertama, adalah berupa dukungan yang kuat dari rakyat Suriah dan dari keluarga Bani Umayyah sendiri. Kedua, sebagai seorang administrator, Muawiyah sangatlah bijaksana dalam menempatkan para pembantunya pada jabatan-jabatan penting. Ketiga, Muawiyah memiliki kemampuan menonjol sebagai negarawan sejati karena dapat menguasai diri secara mutlak dan mengambil keputusan-keputusan yang menentukan meskipun ada tekanan dan intimidasi, bahkan kemampuannnya mencapai tingkat “hilm” yaitu tingkat tertinggi yang dimiliki oleh para pembesar Mekkah zaman dahulu.
PARA KHALIFAH DINASTI UMAYYAH
Masa kekuasaan Dinasti Umayyah hampir satu abad, tepatnya 90 tahun, dengan 14 orang khalifah, diantaranya:
No
Nama Khalifah
Tahun Masehi
Tahun Hijriyah
1
Muawiyah bin Abu Sufyan
661-680
41-60
2
Yazid bin Muawiyah
680-683
60-64
3
Muawiyah bin Yazid
683-684
64-64
4
Marwan bin Hakam
684-685
64-65
5
Abdul Malik bin Marwan
685-705
65-86
6
Al-Walid bin Abdul Malik
705-715
86-96
7
Sulaiman bin Abdul Malik
715-717
96-99
8
Umar bin Abdul Aziz
717-720
99-101
9
Yazid bin Abdul Malik
720-724
101-105
10
Hisyam bin Abdul Malik
724-742
105-125
11
Al-Walid bin Yazid
742-743
125-126
12
Yazid bin Walid bin Malik
743
126
13
Ibrahim bin Al-Walid
743-744
126-127
14
Marwan bin Muhammad
744-750
127-132
Diantara 14 khalifah yang memimpin, hanya 5 orang khalifah lah yang mencapai kepemimpinan maksimal, yaitu:
Muawiyah bin Abi Sufyan
Muawiyah adalah bapak pendiri Dinasti Umayyah. Dialah tokoh pembangun yang besar. Bahkan kesalahannya yang mengkhianati prinsip pemilihan kepala Negara oleh rakyat, dapat dilupakan orang karena jasa-jasa dan kebijakan politiknnya yang mengagumkan.
Abdul Malik bin Marwan
Ia adalah orang kedua terbesar dalam deretan para khalifah Bani Umayyah yang disebut-sebut sebagai ‘Pendiri Kedua’ bagi kedaulatan Umayyah. Ia dikenal sebagai seorang khalifah yang dalam ilmu agamanya, terutama di bidang fiqh. Ia telah berhasil mengembalikan sepenuhnya integritas wilayah dan wibawa kekuasaan keluarga Umayyah dari segala pengacau Negara yang merajalela pada masa-masa sebelumnya.
Al-Walid bin Abdul Malik
Pada masa pemerintahannya, kekayaan dan kemamkmuran melimpah ruah. Kekuasaan islam melangkah ke Spanyol. Ketika kekayaan melimpah maka ia sempurnakan pembangunan gedung-gedung, pabrik-pabrik, dan jalan-jalan yang dilengkapi dengan sumur untuk para kafilah yang berlalu lalang di jalur tersebut. Ia juga membangun Masjid Al-Amawi yang terkenal hingga masa kini di Damaskus.
Umar bin Abdul Aziz
Meskipun masa pemerintahannya sangat singkat namun Umar merupakan ‘lembaran putih’ Bani Umayyah dan sebuah periode yang berdiri sendiri, mempunyai karakter yang tidak terpengaruh oleh berbagai kebijakan daulah Umayyah yang banyak disesali. Ia juga merupakan personifikasi seorang khalifah yang takwa dan bersih.
Hisyam bin Abdul Malik
Ia dapat pula dikategorikan sebgai khalifah yang terbaik karena kebesihan pribadinya, pemurah, gemar kepada keindahan, berakhlak mulia dan tergolong teliti terutama dalam soal keuangan, di samping bertakwa dan berbuat adil.
MASA KEMAJUAN DINASTI UMAYYAH
Kemajuan dalam perluasan wilayah dan penaklukan militer
Menurut Prof. Ahmad Syalabi, penaklukan militer mencakup tiga front penting, yaitu sebagai berikut.
Front melawan bangsa Romawi di Asia Kecil dengan sasaran utama pengepungan ke ibu kota Konstantinopel, dan penyerangan ke pulau-pulau di Laut Tengah.
Front Afrika Utara. Selain menundukan daerah hitam Afrika, pasukan muslim juga menyebrangi Selat Gibraltar, lalu masuk ke Spanyol.
Front timur menghadapi wilayah yang sangat luas, sehingga operasi ke jalur ini dibagi menjadi dua arah. Yang satu menuju utara ke daerah-daerah di seberang sungai Jihun (Ammu Darya). Sedangkan yang lainnya ke arah selatan menyusuri Sind, wilayah India bagian barat.
Kemajuan dalam bidang politik
Bani Umayyah menyusun tata pemerintahan yang sama sekali baru, untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan administrasi kenegaraan yang semakin kompleks. Selain mengangkat Majelis Penasihat sebagai pendamping, juga menunjuk beberapa orang sekretaris untuk membantu pelaksanaan tugas, yang meliputi:
Katib Ar-Rasail, menyelenggarakan administrasi dan surat-menyurat dengan para pembesar setempat.
Katib Al-Kharraj, menyelenggarakan penerimaan dan pengeluaran Negara.
Katib Al-Jundi, menyelenggarakan berbagai hal yang berkaitan dengan ketentaraan.
Katib Asy-Syurtah, menyelenggarakan pemeliharaan keamanan dan ketertiban umum.
Katib Al-Qudat, menyelenggarakan tertib hukum melalui badan-badan peradilan dan hakim setempat.
Kemajuan dalam bidang social budaya
Bani Umayyah telah membuka terjadinya kontak antar bangsa-bangsa muslim (Arab) dengan negeri-negeri taklukan yang terkenal memiliki tradisi yang luhur seperti Persia, Mesir, Eropa, dsb. Hubungan tersebut kemudian melahirkan kreativitas baru yang menakjubkan dibidang seni terutama seni bangunan (arsitektur), Bani Umayyah mencatat pencapaian yang gemilang seperti Dome of the Rock (Qubah Ash-Shakhra) di Yerussalem menjadi monumen terbaik yang dikagumi banyak orang.
Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan
Menurut Jurji Zaidan (George Zaidan) beberapa kemajuan dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan antara lain sebagai berikut.
Pengembangan Bahasa Arab
Pengembangan bahasa arab yang dilakukan adalah dengan menjadikan bahasa arab sebagai bahasa resmi dalam tata usaha Negara dan pemerintahan sehingga pembukuan dan surat menyurat harus menggunakan bahasa arab, yang sebelumnya menggunakan bahasa Romawi atau Persia.
Marbad Kota Pusat Kegiatan Ilmu
Marbad adalah sebuah kota kecil yakni di kota satelit dari Damaskus yang didirikan sebagai pusat kegiatan ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Ilmu Qiraat
Adalah ilmu seni baca Al-Qur’an yang telah dibina pada masa Khulafaur Rasyidin yang kemudian pada masa Dinasti Umayyah dikembangkan sehingga menjadi cabang ilmu syariat yang sangat penting. Pada masa ini lahir para ahli qiraat ternama seperti Abdullah bin Qusair dan Ashim bin Abi Nujud.
Ilmu Tafsir
Untuk memahami Al-Qur’an sebagai kitab suci diperlukan interpretasi pemahaman secara komprehensif. Minat untuk menafsirkan Al-Qur’an dikalangan umat islam bertambah. Pada masa perintisan ilmu tafsir, ulama yang membukukan ilmu tafsir yaitu mujahid (w.104 H)
Ilmu Hadits
Pengembangan ilmu hadits yaitu dengan mengumpulkan hadits, menyelidiki asal usulnya, sehingga akhirnya menjadi satu ilmu yang berdiri sendiri yang dinamakan ilmu hadits.
MASA KEHANCURAN DINASTI UMAYYAH
Menurut Dr. Badri Yatim, ada beberapa factor Dinasti Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran, yaitu sebagai berikut.
System pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi Arab, yang lebih menentukan aspek senioritas, pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan system pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
Latar belakang terbentuknya Dinasti Umayyah tidak dapat dipisahkan dari berbagai konflik politik yang terjadi pada masa Ali. Sisa-sisa Syiah dn Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka maupun tersembunyi. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
Sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Di samping itu, sebagian besar golongan awam kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.
Pertentangan etnis antara Suku Arabia Utara (Bani Qais) dan Arab Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada pada zaman sebelum islam semakin meruncing sehingga mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan.
Penyebab langsung runtuhnya kekuasaan Dinasti Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas bin Abbas Al-Muthalib.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dinasti Umayyah adalah kelanjutan kepemimpinan islam dalam melanjutkan system peradaban pasca Khulaur Rasyidin. Kurang lebih pemerintahan Bani Umayyah dipegang selama 90 tahun (661M-750M) dengan 14 khalifah yang menggunakan system kepemerintahan monarki absolute (turun temurun). Ekspansi besar-besaran yang dilakukan masa kepemerintahan Bani Umayyah meliputi daerah-daerah Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina dan masih banyak lagi. Diantara 14 khalifah yang mancapai kepemimpinan maksimal hanya 5 khalifah, yakni: Muawiyah bin Abu Sufyan, Abdul Malik bin Marwan, Al-Walid bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz, Hisyam bin Abdul Malik. Runtuhnya kepemimpinan Bani Umayyah dikarenakan beberapa factor, diantaranya: system pemerintahan yang yang tidak jelas hingga terjadi persaingan diantara keluarga, sisa konflik semasa Ali dan Muawiyah yang belum tuntas penyelesaiannya, dan terpedaya pada kehidupan elit/mewah oleh sebagian khalifah.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. 2014. SEJARAH PERADABAN ISLAM. Jakarta: AMZAH
Saepudin, Didin. 2007. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar