MAKALAH ILMU DAKWAH "AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR"
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
NIA DARMAWATI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seperti tabligh, amar makruf dan nahi munkar merupakan keharusan agama dan tuntutan iman. Amar makruf merupakan bagian penting dalam dakwah, merupakan kewajiban kaum muslim baik sebagai individu maupun umat, sekaligus menjadi ciri dan karakternya yang menonjol yang membedakan masyarakat islam dengan masyarakat lain. Sebagaimana firman Allah “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia , menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”(Q.S Ali Imran: 110)
Amar makruf dan nahi munkar bisa menyelamatkan orang-orang lalai dan orang-orang ahli maksiat dan juga orang lain yang taat dan istiqomah, dan bahwa sika diam atau tidak peduli terhadap amar makruf dan nahi munkar merupakan suatu bahaya dan kehancuran, ini tidak hanya mengeni orang-orang bersalah saja, akan tetapi mencakup semuanya, yang baik dan yang buruk, yang taat dan yang jahat, yang takwa dan yang fasik.
Rumusan Masalah
Apa Pengertian dari Amar Makruf dan Nahi Munkar?
Apa Saja Adab-adab dalam Amar Makruf dan Nahi Munkar?
Bagaimana Contoh Amar Makruf dan Nahi Munkar?
Apa Saja hambatan-hambatan dalam Amar Makruf dan Nahi Munkar?
Siapa Saja yang Berkewajiban Amar Makruf dan Nahi Munkar?
Apa Ancaman Bagi yang Tidak Melaksanakan Amar Makruf dan Nahi Munkar?
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Amar Makruf dan Nahi Munkar
Kedudukan umat islam adalah sebagai umat terbaik (khair ummah) seperti terlihat dengan jelas dalam ayat ini:
((((((( (((((( (((((( (((((((((( (((((((( ((((((((((( ((((((((((((((( (((((((((((( (((( ((((((((((( ((((((((((((( (((((( ( (((((( ((((((( (((((( ((((((((((( ((((((( ((((((( ((((( ( ((((((((( ((((((((((((((( (((((((((((((( (((((((((((((( (((((
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”(Q.S Al-Maidah: 110)
Sebagai umat terbaik, umat islam berdasarkan ayat ini berkewajiban melakukan tiga hal. Pertama, amar makruf menyuruh manusia kepada kebaikan. Menurut Quthub, makruf adalah system dan tata nilai islam itu sendiri. Amar makruf adalah usaha menanamkan dan membudayakan nilai-nilai islam dalam kenyataan individu, keluarga, dan masyarakat.
Kedua, nahi munkar, mencegah manusia dari kemungkaran. Menurut Sayyid Quthub , munkar adalah system dan tata nilai jahiliyah. Jahiliyah, seperti telah disinggung di muka, bukanlah suatu fase kehidupan pada masa lalu, tetapi system hidup dan tata nilai yang bersumber dari pemikiran yang menolak ketuhanan Allah swt. Dalam perspektif ini, nahi munkar berarti mengenyahkan system dan tata nilai jahiliyah, dan menggantikannya dengan system dan tata nilai islami.
Ketiga, iman kepada Allah swt ini merupakan dasar dari dua tugas sebelumnya. Menurut Quthub, iman harus menjadi pusat orientasi dari setiap khair ummah. Amar makruf dan nahi munkar yang dilakukan haruslah dalam kerangka iman dan ibadah kepada Allah. Iman juga harus menjadi satu-satunya kriteria penilaian dalam menetapkan mana yang makruf dan munkar.
Adab-adab Amar Makruf dan Nahi Munkar
Berilmu, yaitu hendaknya ia tidak hanya mengetahui titik kemungkaran dan kema’rufan, tapi juga harus mengetahui cara yang baik untuk memerintah dan melarang. Jadi orang yang melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar harus berilmu, minimal terhadap apa yang ia cegah dan apa yang ia perintahkan.
Kasih sayang, pelaku amar ma’ruf dan nahi mungkar harus menghiasi dirinnya dengan sifat kasih sayang dan sabar, karena sifat emosional terkadang bisa mengakibatkan kegagalan dalam nahi mungkar bahkan bisa melipatgandakan kemungkaran lingkungannya bertambah luas.
Adil, pelaku nahi mungkar harus bersikap adil, dan tidak dzalim terhadap pelaku kemungkaran, dimana kebaikan-kebaikannya dilupakan dan kejelekannya di besar-besarkan. Pelaku nahi mungkar harus mengatakan dengan apa adanya kenyataan.
Hikmah, hikmah adalah menempatkan segala sesuatu pada proporsinnya. Di antara hikmah adalah anda menempatkan kelemahan-lembutan pada proporsinya dan menempatkan kekerasan pada proporsinya.
Sabar, sesungguhnya jiwa dan hati manusia itu ada saatnya untuk menerima dan menolak, oleh karena itu, termasuk kemashlahatan memperhatikan mad’u disaat mau menerima kalimat-kalimat baik, bersikap lemah lembut kepadanya, dan mencari siasat untuk sampai kedalam hatinya.
Contoh Amar Makruf dan Nahi Munkar
Proses amar makruf dan nahi munkar, menurut Quthub, harus memperhatikan akar permasalahan yang terjadi dalam masyarakat, tanpa memperhatikan masalah ini, tugas amar makruf dan nahi munkar ini dapat dipastikan tidak akan berjalan efektif. Dalam kaitan ini, Quthub memberikan beberapa contoh. Dalam masyarakat yang semua kegiatan ekonominya didasarkan pada system riba, maka seluruh harta yang diperolehnya menjadi haram. Dalam keadaan demikian, tentu tidak seorang pun dapat makan dari harta yang halal. Hal ini, karena system social dan ekonominya tidak didasarkan kepada syariah Allah.
Begitu juga, manusia tidak akan dicegah dari keburukan dalam masyarakat yang undang-undangnya tidak melarang perzinahan dan tidak menghukum pelakunya dengan hukum atau syariah Allah. Manusia tidak puka dapat dicegah dari perbuatan mabuk-mabukan dalam masyarakat yang undang-undannya memperbolehkan jual beli minuman keras, dan tidak menghukum para pelakunya. Juga, manusia tidak dapat dicegah dari memaki dan memusuhi agama Allah dalam masyarakat yang tidak beriman kepada Allah, serta tidak mengakui kekuasaan Allah dan tidak menyembah-Nya, melainkan menyembah kepada tuhan-tuhan selain Allah. Ini semua, menurut Quthub, memberi pelajaran bahwa amar makruf dan nahi munkar harus dilakukan sesuai dengan tamtangan dan kebutuhan yang terjadi dalam masyarakat.
Hambatan-hambatan Amar Makruf dan Nahi Munkar
Rasa malu
Merasa dirinya adalah orang yang masih melakukan maksiat
Merasa saudaranya ahli maksiat jadi tidak pantas melakukan amar makruf dan nahi munkar kepada orang lain
Merasa sia-sia melakukan amar makruf dan nahi munkar karena sudah tidak ada yang mendengar dan menghiraukan
Sebagian manusia takut terhadap gangguan.
Ada orang yang tidak mau beramar ma’ruf dan nahi mungkar dengan alasan takut fitnah.
Kewajiban Melakukan Amar Makruf dan Nahi Munkar
Amar makruf dan nahi munkar sebagai bagian dari proses membangun dan mewujudkan system islam, tentu bukanlah pekerjaan yang ringan, bahkan sangat berat. Hal ini didasarkan pada kenyataan dan berbagai kecenderungan yang terjadi dalam masyarakat. Diantara mereka terdapat orang yang suka menyombongkan diri, ada penguasa yang berbuat zalim dan sewenang-wenang. Di situ, ada pemalas yang tidak mau bekerja keras. Diantara mereka ada pula orang yang menentang kebaikan dan menyuruh manusia pada keburukan dan kejahatan. Kenyataan demikian mengkhendaki agar amar makhruf dan nahi munkar harus selalu diupayakan dan dilaksanakan sedapat mungkin baik dengan tangan, lisan, maupun hati, seperti sabda Nabi saw yang artinya “Barangsiapa diantara kamu melihat kemunkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka ia harus mengubahnya dengan lisanya. Jika tidak mampu, maka ia harus mengubahnya dengan hatinya. Namun, yang demikian adalah selemah-lemahnya iman.”
Nahi munkar dalam hadits ini memerlukan kesiapan dan keberanian dari setiap muslim. Sungguh disayangkan bila kini kaum muslim tidak memiliki keberanian dan kesanggupan melaksanakan nahi munkar dengan tangan dan lisan mereka. Lalu, yang tinggal hanyalah selemah-lemahnya iman, yaitu mencegah kemunkaran dengan hati mereka. Sesungguhnya ini merupakan batas minimal yang tidak bisa tidak, mesti dilakukan, bila mereka betul-betul seorang muslim.
Ancaman Tidak Melaksanakan Amar Makruf dan Nahi Munkar
Allah swt mengecam keras dan mengutuk orang-orang yang membiarkan kemunkaran seperti kecaman dan kutukan Allah swt kepada Bani Israil. Allah berfirman:
(((((( ((((((((( ((((((((( (((( (((((( (((((((((((( (((((( ((((((( (((((((( (((((((( (((((( (((((((( ( ((((((( ((((( ((((((( (((((((((( ((((((((((( (((( (((((((( (( ((((((((((((( ((( ((((((( ((((((((( ( (((((((( ((( (((((((( ((((((((((( ((((
78. Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.
79. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan Munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya Amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (Q.S Al-Maidah: 78-79)
Dalam ayat lain Allah mengingatkan orang-orang beriman agar tidak membiarkan berbagai tindak kejahatan terjadi di depan mereka. Apabila mereka acuh tak acuh terhadap kejahatan itu, maka azab Allah akan menimpa mereka pula. Allah berfirman:
((((((((((( (((((((( (( ((((((((( ((((((((( ((((((((( ((((((( (((((((( ( (((((((((((((( (((( (((( ((((((( ((((((((((( ((((
“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah Amat keras siksaan-Nya.” (Q.S. Al-Anfal: 25)
Mengomentari ayat tersebut, Sayyid Quthub menyatakan bahwa suatu masyarakat yang membiarkan kezaliman dan tidak berusaha menghadapi orang-orang yang berbuat kezaliman itu, maka mereka layak mendapat hukuman seperti halnya orang-orang yang berbuat kezaliman itu. Hal demikian, menurut Quthub, karena islam adalah system hidup yang secara aktif mengajarkan tanggung jawab sosial (manhaj takafuli ijabi). Oleh karena itu, islam tidak pernah membenarkan seorang bepangku tangan dan berdiam diri, sementara berbagai tindak kejahatan dan kezaliman terjadi di depan matanya. Sikap semacam ini, sama sekali tidak dapat ditolerir, dan tidak dapat membuat yang bersangkutan terhindar dari siksa Allah swt.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Amar makruf dan Nahi Munkar merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang melaksanakannya berdasarkan tahapan-tahapan sesuai hadits nabi saw “Barangsiapa diantara kamu melihat kemunkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka ia harus mengubahnya dengan lisanya. Jika tidak mampu, maka ia harus mengubahnya dengan hatinya. Namun, yang demikian adalah selemah-lemahnya iman.”
Terdapat ancaman jika tidak melakukan amar makruf dan nahi munkar, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Al-Maidah:78-79 dan Al-Anfal: 25 seperti yang telah dijelaskan di atas.
Melakukan amar makruf dan nahi munkar juga ada adab-adabnya, diantaranya: berilmu, kasih sayang, adil, hikmah, dan sabar.
DAFTAR PUSTAKA
Ismail, A. Ilyas. 2006. Paradigma Dakwah Sayyid Quthub. Jakarta: Permadani
Al-Audah, Salman dan Ilahi, Fadli. 1993. AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar