UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
NIA DARMAWATI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Psikologi dakwah adalah ilmu bantu yang sangat diperlukan dalam menyampaikan pesan kebenaran kepada masyarakat. Manusia adalah makhluk yang memiliki keunikan psikologis, sehingga persepsi manusia bisa berbeda-beda terhadap obyek yang sama. Keberhasilan suatu dakwah tidak hanya ditentukan oleh nilai pesan yang disampaikan, tetapi ditentukan oleh bagaimana persepsi masyarakat mad’u terhadap pesan dakwah itu.
Dalam perspektip psikologi, tingkat akal dapat dipahami sebagai cara berfikir dan cara merasa. Jadi seorang da’I dalam berdakwah harus memperhatikan cara berfikir dan cara merasa masyarakat, agar mereka dapat memahami pesan dakwah seperti yang dimaksud oleh Da’i.
Manusia sebagai subjek sekaligus obyek dalam aktivitas dakwah memiliki cirri khusus yang berbeda dengan makhluk Allah lainnya. Manusia adalah hewan yang berpikir (al-insanu hayawan al-nathiq). Jika manusia menggunakan pikiran, akal dan hati nurani nya, maka ia adalah makhluk yang istimewa di muka bumi ini, karena ia memiliki pertimbangan-pertimbangan sebelum melakukan sesuatu.
Namun, jika manusia tidak lagi memfungsikan akal dan hati nuraninya maka yang ada hanyalah sifat kehawanannya. Kadar kehewanan seseorang berbeda-beda, seperti berbedanya kadar akal dan hatinya. Akan tetapi, betapapun demikiannya manusia masih memiliki cirri-ciri umum pada perilakunya, sesuatu yang membedakannya dengan hewan. Termasuk pula dalam menyampaikan pesan (Da’i) dan penerima pesan (Mad’u).
Untuk itu kami akan mendiskusikan beberapa hal yang berkaitan dengan factor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia terlebih manusia yang berlebel Da’I maupun Mad’u dalam aktifitas dakwah yang dapat dilihat dari cirri-ciri perilaku manusia, factor penggerak tingkah laku dan motivasi apa yang membentuk perilaku tersebut.
Rumusan Masalah
Melihat latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, maka kami memberikan beberapa masalah yang akan kita diskusikan, sebagai berikut :
Apa saja cirri-ciri perilaku manusia ?
Apa factor yang membentuk tingkah laku itu?
Apa motivasi yang membentuk tingkah laku tersebut?
Tujuan Pembahasan
Salah satu tujuan makalah ini kami buat adalah untuk memnuhi tugas mata kuliah Psikologi Dakwah, selain itu kita juga memiliki beberapa tujuan antara lain :
Agar Mahasiswa mampu menjelaskan ciri-ciri perilaku manusia
Agar Mahasiswa mampu menjelaskan faktor penggerak tingkah laku
Agar Mahasiswa mampu menjelaskan motivasi yang membentuk perilaku
BAB II
PEMBAHASAN
Ciri-ciri Perilaku Manusia
Cirri-ciri perilaku manusia yang membedakannya dengan makhluk lainnya ialah:
Manusia Memiliki Kepekaan Sosial
Kepekaan social artinya kemampuan untuk menyesuaikan tingkah laku dengan harapan dan pandangan orang lain. Karena manusia adalah makhluk social dan selalu membutuhkan kerjasama dengan orang lain, maka manusia selalu memperhatikan harapan dan keinginan orang lain.
Kelangsungan Tingkah Laku
Apa yang dilakukan oleh manusia setiap harinya bukanlah perbuatan yang sporadis (timbul dan hilang di saat-saat tertentu), tetapi selalu ada kelangsungan atau kontinuitas. Apa yang dilakukan hari ini merupakan lanjutan dari hari kemarin, atau awal dari suatu rencana jangka panjang.
Orientasi pada Tugas
Setiap hari manusia pasti tidur. Bagi mahasiswa yang rajin atau pekerja professional, tidur bukan semata-mata karena mengantuk, tetapi diorientsikan pada tugas besok. Ketika mahasiswa akan ujian semester besok pagi misalnya, maka meskipun acara televise sepanjang malam itu bagus, maka mahasiswa secara sadar mematikan televisinya dan kemudian tidur karena ingat besok akan ujian.
Usaha dan Perjuangan
Seekor cicak di dinding kelihatan sedang berusaha utuk menangkap nyamuk yang mendekat. Apa yang dilakukan cecak tersebut memang merupakan usaha juga, tetapi sebatas usaha untuk memperoleh apa yang disediakan oleh alam. Sedangkan manusia memiliki perilaku yang menggambarkan usaha yang dipilihnya atau aspirasi dan niai-nilai yang diperjuangkannya, tidak sekadar menangkap.
Keunikan
Perilaku manusia bersifat unik, artinya hanya dia sendiri, berbeda dengan yang lain. Karena pengalaman manusia berbeda-beda, maka aspirasi, selera, dan kecenderungannya juga berbeda-beda. Hal ini berakibat pada perbedaan perilaku yang berbeda pula.
Faktor-faktor Penggerak Tingkah Laku
Dalam kehidupan sehari-hari dijumpai perilaku orang yang terkadang susah untuk dipahami. Sehingga kita sulit membedakan mana perilaku yang asli dan mana disebabkan oleh pengaruh luar. Psikologi terkadang lebih menekankan pada factor berpengaruh yang datang dari luar diri individu. Jadi, sebenarnya tingkah laku manusia dipengaruhi oleh berbagai factor. Antara lain :
Faktor-faktor Personal (Biologis)
Kebutuhan makan, minum dan istirahat
Betapapun suatu khutbah Jumat itu baik, tetapi jika jamaahnya sudah lapar, maka konsentrasinya akan terpecah. Secara psikologi orang yang lapar pikirannya cenderung didominir oleh makanan. Lapar pada tingkat tertentu dapat merusak konsentrasi pikiran dan membuat orang yang kelaparan menjadi mudah tersinggung serta susah bergaul. Dalam acara-acara dakwah semisal peringatan maulid pada masyarakat sering dijumpai, ketika mubaligh sedang berpidato, panitia mengeluarkan konsumsi dan kemudian anak-anak ribut berebut makanan. Konyolnya panitia dengan berteriak-teriak menyuruh anak-anak jangan ribut. Bagi anak-anak yang cenderung doyan makan, ceramah mubaligh pasti tak lebih berharga dibanding makanan.
Kebutuhan Seksual
Setiap manusia yang normal pasti memiliki kebutuhan seksul. Kebutuhan tersebut dalam tingkat tertentu bahkan dapat mendominir pikiran orang sehingga segala sesuatu yang merangsang inderanya diterjemahkan kepada hal-hal yang sensual. Seorang anggota Kontingen Garuda yang telah berbulan-bulan bertugas di Padang Sinai menjaga perdamaian anatara Israel dan Mesir menceritakan bahwa dalam kondisi kerinduan yang memuncak kepada istrinya yang berada jauh dari tempat ia bertugas, seekor unta yang dikenakan kerudung pun nampak seksi.
Faktor Sosiopsikologis
Factor sosiopsikologis adalah faktor karakteristik yang disebabkan oleh proses social yang dialami oleh setiap orang, dan karakteristik ini mempengaruhi tingkah lakunya. Diantaranya :
Motif Ingin Tahu
Ketika terjadi suatu peristiwa semisal banjir, gerhana atau musibah besar, orang biasanya ingin mengetahui posisi dari peristiwa itu, dan orang tidak mungkin tidak sabar menanti penjelasah dari orang, tapi berusaha menyimpulkan sendiri dengan menghubung-hubungkan dengan peristiwa lain yang boleh jadi tidak ada hubungannya sama sekali. Mereka membuat keputusan didorong oleh motif ingin tahu yang mereka miliki.
Motif Kompetensi
Setiap orang ingin diakui bahwa ia memiliki kemampuan untuk mengatasi persoalan hidupnya. Perasaan mampu (kompeten) itu akan mempengaruhi perilakunya dalam mengatasi problem-problem yang dihadapinya.
Motif Cinta
Orang bukan hanya memiliki kebutuhan untuk mencintai, tapi juga untuk dicintai. Perilaku orang terpenuhi kebutuhan cintanya pasti berbeda dengan yang tidak. Orang yang terpenuhi kebutuhan cintanya mungkin menjadi optimis dan berseri-seri, sedangkan yang tidak sebaliknya.
Motif Harga Diri
Setiap orang ingin diakui kehadirannya, maka jika suatu ketika seseorang diremehkan maka harga dirinya tersinggung, dan responnya mungkin bolehjadi berusaha bangkit menunjukkan identitas dirinya (positif), atau bolehjadi sebaliknya.
Kebutuhan akan Nilai dan Makna Hidup
Seseorang yang merasa hidupnya tak bernilai cenderug akan gampang putus asa, sedang orang bernilai hidupnya cenderung selalu optimis dan pantang menyerah. Misalnya, kelompok pengangguran yang merasa tidak tersentuh oleh hasil pembangunan biasanya akan mudah sekali dihasut untuk melakukan pekerjaan merusak, seperti demonstrasi dengan merusak toko. Apa yang mereka lakukan seakan-akan mengangkat harkat meraka menjadi bermakna.
Kebutuhan akan Pemenuhan Diri
Orang bukan hanya ingin hidup, tetapi juga ingin meningkatkan kualitas kehidupannya. Apa yang dilakukan seseorang merangsang orang lain untuk bisa melakukannya. Oleh karena itu sering dijumpai ada orang yang begitu getol berusaha untuk menjadi manusia dambaan, jadi juara misalnya, karena itulah cara pemenuhan dirinya. Ada juga dengan membentuk komunitas tertentu, seorang mubaligh misalnya berusaha melakukan pemenuhan dirinya dengan membentuk organisasi ikatan mubaligh yang dengan cara itu ia merasa benar-benar mejadi mubaligh.
Sikap
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa, dalam menghadapi obyek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku terhadap obyek tertentu, misalnya, terhadap orang tertentu, makanan tertentu, gagasan tertentu, dsb. Sikap biasanya timbul dari pengalaman yang baik maupun buruk. Pengalaman diperoleh melalui proses belajar, oleh karena itu, sikap bisa diubah atau diperteguh.
Emosi
Emosi adalah kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala-gejala kesadaran, keperilakuan dan proses fisiologis. Jika seseorang dihina di hadapan orang banyak misalnya, maka akan tersinggung (kesadaran), kemudian berdebar-debar, keringatan, dan napas terengah-engah (fisiologis) dan akhirnya akan melakukan tindakan pembalasan kepada orang yang menghina (keperilakuan).
Kepercayaan
Kepercayaan termasuk factor sosiopsikologis yang besifat kognitif. Yang dimaksud dalam hal ini bukan kepercayaan keimanan terhadap suatu agama misalnya, tetapi keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah atas dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman atau intuisi. Contohnya seorang Kyai menasihati pengusaha kaya yang sedang diterpa kerugian agar mengasuh anak yatim dan bersedekah supaya rizkinya berkah. Setelah dituruti ternyata bisnisnya maju kembali, maka pengusaha itu kemudian memiliki kepercayaan bahwa anak yatim dan sedekah dapat membawa keberuntungan.
Kebiasaan
Kebiasaan adalah pola perilaku yang dapat diramalkan. Orang yang mempunyai kebiasaan sholat tahajjud, dapat diramalkan bahwa setiap tengah malam selalu terjaga dari tidur. Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis, dan secara relatip tidak direncanakan.
Kemauan
Kemauan adalah tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan. Kapsitas suatu kemauan biasanya berhubungan dengan kapasitas suatu sikap. Kemauan juga dipengaruhi oleh kecerdasan dan pengetahuan seseorang tentang hal yang akan dicapai; disamping modal atau energy yang tersedia untuk mencapainya.
Faktor Situasional
Aspek-aspek Obyektif dari Lingkungan
Aspek Ekologis
Lingkungan pantai yang gemuruh dengan ombak berbeda dengan lingkungan hutan yang sunyi (factor geografi), begitu juga perbedaan tingkah laku orang yang bekerja atau belajar di dalam ruangan ber-AC (lingkungan buatan) dengan bekerja di ruang yang panas atau gerah.
Aspek Arsitektur
Arsitektur suatu ruang dapat mempengaruhi pola komunikasi orang yang ada di dalamnya. Berada di ruang bawah Masjid Istiqlal di mana lorong-lorongnya seperti suasana di bandara, berbeda pengaruhnya dengan berada di ruang dalam Masjid Agung Demak yang arsitekturnya merangsang suasana sakral.
Aspek Waktu
Perilaku mahasiswa di dalam kelas pagi berbeda dengan di kelas siang, berbeda pula dengan kelas malam. Nampaknya waktu mempengaruhi kualitas pesan atau penterjemahan pesan dalam komunikasi.
Aspek Setting (Suasana) Perilaku
Tempat atau suasana tertentu berpengaruh atas perilaku tertentu. Berpidato di dalam studio rekaman misalnya akan sangat berbeda dengan berpidato di atas podium di depan audiens.
Aspek Teknologi
Bahwa teknologi berpengaruh pada tingkah laku manusia sudah jelas. Adanya TV, telepon mengubah pola perilaku manusia dalam berkomunikasi.
Aspek Sosial
Factor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia antara lain:
Struktur Organisasi
Sistem Peranan
Struktur Kelompok
Karakteristik Perilaku
Lingkungan Psikososial
Perilaku orang yang berada dalam lingkungan birokrat pasti berbeda dengan perilaku anggota LSM misalnya, karena keduanya berbeda lingkungan psikososialnya. Di lingkungan birokrat, loyalitas kepada atasan atau korps sangat dominan, mengalahkan “idealisme”, sementara di lingkungan LSM justru “idealisme” yang menjadi acuan pertama.
3. Motivasi Terhadap Tingkah Laku Dalam Proses Dakwah
Motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organism yang mengarahkan tingkah laku ke suatu tujuan atau perangsang.
Klasifikasi Motif
Sartain
Sartain membagi motif menjadi dua golongan, yaitu physiological drive dan social motives. Yang dimaksud dengan physiological drive ialah dorongan –dorongan yang bersifat fisiologis. Jika kebutuhan dorongan-dorongan ini terpenuhi maka seseorang menjadi tenang. Contoh dorongan ini, seperti rasa lapar, haus, lelah, dan sebagainya.
Social motives ialah dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan manusia lain dalam masyarakat, seperti dorongan estetis, dorongan ingin berbuat baik (etika).
Woodworth
Woodworth mengklasifikasikan motif menjadi unlearned motives (motif-motif pokok yang tidak dipelajari) seperti rasa lapar, haus, sakit, dan sebagainya dan learned motives (motif-motif yang dipelajari) dapat berupa perasaan suka dan tidak suka yang meliputi motif-motif untuk mendekatkan dan menjauhkan diri dari sesuatu.
Motif dalam Al-Qur’an
Ketika manusia melakukan perbuatan, disadari atau tidak sebenarnya ia digerakkan oleh suatu system di dalam dirinya yang disebut system nafs. Isyarat tentang adanya penggerak tingkah laku manusia (motif) dalam system nafs dipaparkan Al-Qur’an dalam surat Yusuf ayat 53:
( (((((( ((((((((( (((((((( ( (((( ((((((((( ((((((((( ((((((((((( (((( ((( (((((( ((((((( ( (((( (((((( ((((((( ((((((( ((((
53. Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.
Menurut Vroom, motivasi mengacu kepada suatu proses memengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bentuk-bentuk kegiatan yang dikehendaki. Istilah motivasi ini mencakup sejumlah konsep, seperti dorongan (drive), kebutuhan (need), rangsangan,ganjaran, dan sebagainya.
Tujuan motivasi secara umum adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat mempeoleh hasil atau tujuan tertentu. Tujuan motivasi bagi seorang dai adalah menggerakan atau memacu mad’u agar timbul kesadaran yang membawa perubahan tingkah laku sehingga tujuan dakwah dapat tercapai.
Rasulullah.SAW bersabda:
يَسِّرُوْا وَ لَا تُعَسِّرُوْا بَشِّرُوْا وَ لَا تُنَفِّرُوْا
Artinya:“Permudahlah dan jangan kau persulit, gembirakanlah dan jangan kamu mengatakan sesuatu yang menyebabkan ia lari dari padamu”.
Hadits tersebut merupakan salah satu pesan Nabi kepada kedua utusannya: Abu Musa Al Asy’ari dan Muadz bin Jabal ketika hendak berangkat ke Yaman menunaikan misi dakwah yang ditugaskan oleh Rasulullah kepadanya. Pesan tersebut mengandung nilai motivatif (kekuatan pendorong) dan persuasif (dorongan meyakinkan) terhadap orang lain tentang kebenaran yang disampaikan kepadanya. Atas dasar pesan demikian maka pihak-pihak yang menerima ajakan (dakwah) akan terbangkitlah dalam dirinya suatu daya rangsang terhadap dakwah itu dengan sukarela.
Situasi dan kondisi demikian baru dapat berkembang bilamana motivasi terhadap tingkah laku dalam proses dakwah tersebut benar-benar mengenai sasarannya. Di sinilah factor motivasi menjadi penentu bagi berhasilnya proses pelaksanaan dakwah.
Banyak para ahli psikologi menempatkan motivasi pada posisi determinant (penentu) bagi kegiatan hidup individual dalam usahanya mencapai cita-cita. Hal ini karena dalam motivasi itu terkandung suatu dorongan dinamis yang mendasari segala tingkah laku individual manusia.
Dalam proses dakwah dimana juru dakwah/penerang agama sebagai factor pemberi rangsangan dakwah dapat mengarahkan response (jawaban) si penerima dakwah kepada tujuan dakwah, yakni timbulnya proses belajar (learning) pada si penerima materi dakwah yang dimotivasikan kepadanya.
Para ahli psikologi individual maupun kelompok/sosial telah melakukan studi secara luas tentang seberapa banyak dorongan-dorongan (motive) kejiwaan yang mempengaruhi tingkah laku manusia. Mereka menguraikan motive antara lain:
Motive yang mendorong aktivitas pribadi yang disebut oleh Goldstein yang didalamnya mengandung dorongan keinginan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah. Dalam praktek dakwah motive tersebut dapat dikembangkan melalui pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada orang lain untuk aktif melakukan tugas-tugas yang sesuai dengan kemampuaannya dengan pengarahan kepada hal-hal yang tidak berlawanan dengan norma susila dan sosial. Persepsi individual terhadap tugas-tugas yang menjadi pilihannya di hargai sewajarnya.
Motive kepada keamanan. Motive ini dipandang oleh ahli psikologi sebagai motive yang paling asasi. Motive ini mengandung keinginan-keinginan yang didasarkan atas kebutuhan seseorang untuk melindungi dirinya dari segala bentuk ancaman. Bilamana dalam proses dakwah jaminan rasa aman tersebut dapat direalisasikan dalam bentuk situasi dan kondisi kehidupan di lingkungan masyarakat dimana dakwah sedang dilangsungkan, maka masyarakat dengan mudah akan terdorrong untuk menerima bahkan menaruh simpati serta mengaktualisasikan kedalam perilaku pribadinya. Akan tetapi bilamana sebaliknya malah menimbulkan atau mengundang ancaman dari luar, maka sudah pasti mereka akan menolak bahkan anti pati terhadap kegiatan dakwah. Biasanya keadaan demikian terjadi dalam situasi dan kondisi suhu politik dan keamanan yang sangat menuntut kepada konformitas kegiatan-kegiatan dakwah itu.
Bila kedua motive di atas ditarik ke dalam proses dakwah. Di sini proses dakwah berada dalam tujuan pengembangan manusia secara simultan, karena hal tersebut merupakan inti kebahagiaan dunia akhirat.
Daya tarik dakwah atau tabligh kepada sasarannya sangat ditentukan oleh kemampuan mengendalikan, mengarahkan, mengembangkan dan memanfaatkan motive-motive tersebut untuk diaktualisasikan (digerakkan) dan di orientasikan kepada tujuan dakwah/penerangan agama.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia diciptakan oleh Allah SWT berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya. Ia dilahirkan memiliki cirri-ciri yang hanya dapat dipahami dan dikaji dengan makhluk lain. Akan tetapi, tidak bisa jika hanya menduganya atau mengada-ada.
Dakwah intinya adalah mengajak orang atau mempengaruhi orang agar mereka mau memenuhi ajakan da’i belum tentu orang suka di ajak-ajak. Permaslahanny ialah bagaimana caranya agar orang dengan senang hati mengikuti ajaran da’i. Untuk itu da’I harus mengetahui apa yang menyebabkan orang suka dan apa yang menyebabkan orang tidak suka. Da’I harus tau factor-faktor yang mempengaruhi dan kecenderungan-kecenderungan perilaku manusia, sehingga seruan dakwahnya sejalan dengan kebutuhan manusia itu sendiri.
Daya tarik dakwah atau tabligh kepada sasarannya sangat ditentukan oleh kemampuan mengendalikan, mengarahkan, mengembangkan dan memanfaatkan motive-motive tersebut untuk diaktualisasikan (digerakkan) dan di orientasikan kepada tujuan dakwah/penerangan agama.
Dalam psikologi ada ungkapan word don’t mean people mean, kata-kata tidak memiliki apa-apa, manusialah yang memberi arti.
Saran
الانسان محلّ الخطاء و النّسيان
Manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Maqolah tersebut mencerminkan apa yang ada dalam diri kami. Untuk itu, jika ada kesalahan dalam penulisan, tata bahasa dan hal-hal yang tidak berkenan di hati, kami mengucapkan beribu-ribu afwa mohon maaf yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Fauziah, Psikologi Dakwah
Mubarok, Achmad. 2002. Psikologi Dakwah. Pustaka Firdaus, Jakarta.
Arifin. 1997. Psikologi Dakwah. BumiAksara, Jakarta.
Faizah. 2006. Psikologi Dakwah. Jakarta: Kencana