BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut August Comte sosiologi mengkaji masyarakat dari sisi social statics (statika social atau struktur social)dan social dynamics (dinamika social atau perubahan social). Comte berpendapat bahwa setiap masyarakat memiliki dua system kehidupan yang berbeda. Walaupun memiliki sisi yang berbeda, keduanya menjadi system yang tak terpisahkan dari sebuah masyarakat secara umum.
Social statics meliputi struktur social masyarakat berupa kelompok dan lembaga-lembaga social, lapisan serta kekuasaan. Sedangkan social dynamics adalah fungsi-fungsi masyarakat yang terlibat dalam proses social, peubahan social, atau bentuk abstrak interaksi social.
Struktur social adalah cara bagaimana suatu masyarakat terorganisasi dalam hubungan-hubungan yang dapat dipredisikan melalui pola perilaku berulang antar individu dan antar kelompok dalam masyarakat tersebut. Struktur social dapat diartikan sebagai jalinan antara struktur-struktur social yang poko yaitu kaidah-kaidah/norma-norma social, lembaga-lembaga social dan lapisan-lapisan social.
Rumusan Masalah
Apa pengertian struktur social?
Apa saja ciri-ciri dari struktur social?
Apa saja macam-macam penyebab masalah sosial?
Apa saja contoh-contoh masalah social?
Bagaimana fungsi struktur social dalam kehidupan masyarakat?
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Struktur Sosial
Para ahli sosiologi merumuskan definisi dtruktur social sebagai berikut:
Soerjono Soekanto (1983): struktur sosial diartikan sebagai hubungan timbal balik antara posisi-posisi sosial dan antara peranan-peranan.
George C. Homans: struktur social merupakan hal yang memiliki hubungan eratdengan perilaku social dasar dalam kehidupan sehari-hari.
George Simmel: struktur sosial adalah kumpulan individu serta pola perilakunya.
William Kornblum: struktur social adalah susunan yang dapat terjadi karena adanya penulangan pola perilaku individu.
Jadi secara singkat struktur social dapat didefinisikan sebagai tatanan social dalam kehidupan masyarakat yang didalamnya terkandung hubungan timbal balik antara status dan peranan dengan batas-batas perangkat unsur-unsur social yang menunjuk pada suatu keteraturan perilaku, sehingga dapat memberikan bentuk sebagai suatu masyarakat.
Ciri-ciri Struktur Sosial
Ciri-ciri struktur social secara umum :
Struktur social mengacu pada hubungan-hubungan social yang pokok yang dapat memberikan bentuk dasar pada masyarakat dan batas-batas pada aksi-batas yang kemungkinan besar dilakukan oleh organisatoris.
Struktur social mencakup semua hubungan social antara individu-individu pada saat tertentu.
Struktur social merupakan seluruh kebudayaan masyarakat yang dapat dilihat dari sudut pandang teoritis.
Struktur social merupakan aspek statis dari suatu proses atau fungsionalisasi dari system social.
Struktur merupakan tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat yang mengandung dua pengertian, yaitu pertama; di dalam struktur social terdapat peranan yang bersifat empiris. Kedua; terdapat tahap perhentian stabilitas, keteraturan, dan integrasi social yang berkesinambungan sebelum kemudian terancam proses ketidakpuasan dalam tubuh masyarakat. Pada ciri yang kelima ini dalam sosiologi sering digunakan untuk melukiskan keteraturan social atau keteraturan elemen-elemen dalam kehidupan masyarakat.
Ciri-ciri struktur social secara khusus :
Diferensiasi
Startegi subsistens dan perubahan besar dalam transisi masyarakat memberi pengaruh pada struktur sosial masyarakat. Ciri yang paling mencolok adalah adanya diferensiasi kedudukan. Diferensiasi kedudukan adalah posisi yang tidak sama yang ada di masyarakat. Misalnya ada pemimpin dan anak buah. Struktur ini meluas manakala posisi-posisi itu juga menungkat dan terjadi jarak pemisah pemimpin dan anak buah. Misalnya pemimpin akan berkuasa dan mendapatkan keistimewaan-keistimewaan tertentu, sementara itu mungkin saja muncul banyak tangan kanan sabg pemimpin yang dipercaya untuk membantu mengurusi anak buah yang semakin banyak.. konsekuensinya, pemimpin menjadi jarang berinteraksi dengan anggota kelompoknya (Parsell, 1987: 56).
Perubahan masyarakat kearah yang lebih modern mungkin juga merubah diferensiasi fungsional mayarakat. Diferensiasi fungsional adalah meningkatnya pembagian kerja (division of labor) di masyarakat. Sementara pembagian kerja adalah tugas khusus yang dibebankan pada berbagai anggota sebuah kelompok, organisasi, atau komunitas kelompok. Intinya dengan adanya pembagian kerja ini masyarakat menjadi sangat kompleks. Contoh pembagian kerja di lingkungan sekolah, ada kepala sekolah, guru, staf karyawan, satpam dan lain-lain.
Status
Status adalah posisi sosial seseorang pada kedudukan tertentu yang mendapat pengakuan sosial. Setiap status menjalin hubungan relasional satu sama lain. Karena itulah masing-masing status dibebankan oleh harapan dan tanggung jawab. Contohnya, kepala sekolah bertanggung jawab kepada bawahannya untuk membuat kebijakan yang adil, sementara bawahannya diharapkan patuh terhadap kebijakan tersebut.
Setiap orang terkadang memiliki banyak status yang dinamakan seperangkat status (status set). Misalnya, seorang anak dalam keluarga, ia juga menjadi kakak atau adik bagi saudaranya, teman untuk lingkungan mainnya, dsb.
Diantara status yang kita miliki ada yang diperoleh sejak lahir dan melalui usaha. Ascribed status adalah posisi sosial sejak lahir atau diluar kehendak dirinya.Contoh, terlahir sebagai laki-laki ataupun perempuan.Achieved status adalah posisi sosial yang diperoleh dengan sengaja dan status itu menjadi ukuran kemampuan dan pilihan hidupnya.Contoh, menjadi mahasiswa terbaik. Pada umumnya status itu merupakan kombinasi askripsi (ascribed) dan capaian (achieved). Status skripsi seseorang mempengaruhi status yang ingin dicapainya.Misalnya, anak-anak belum bisa menjadi seorang polisi lalu lintas karena kesempatan itu hanya dibuka untuk orang yang sudah dewasa (Macionis, ibid, bdk. Kornblum, 2000: 109-110).
Diantara status yang kita miliki, ada status yang lebih signifikan dibanding yang lainnya yang dinamakan status unggulan (master status). Status unggulan adalah status sosial seseorang yang paling penting dalam membentuk identitas seseorang, seringkali membentuk dirinya sepanjang hidupnya. Pekerjaan seringkali menjadi status unggulan karena ia berkaitan dengan pendidikan dan penghasilan seseorang. Mungkin ststus unggulan itu bermakna negative, seperti status penderita AIDS, atau ststus gender seorang perempuan yang sering mendapat keterbatasan kesempatan, atau status orang disable (cacat) yang dipandang sebagian masyarakat sebagai orang yang lemah, kekanak-kanakan dan memiliki perbedaan mendasar dalaam beberapa hal (Kornblum, 2000: 110)
Peran
Peran adalah pola perilaku normative yang diharapkan pada status tertentu. Dengan kata lain, sebuah status memiliki peran yang harus dijalani sesuai aturan yang berlaku. Misalnya, seorang suami berperan memenuhi nafkah hidup untuk anak dan istrinya. Seperti juga status, peran juga bersifat relasional dengan peran yang lain. Serta peran juga bias berbentuk seperangkat peran (role set). Perempuan misalnya, memiliki berbagai status dan peran. Status 1 sebagai istri yang melahirkan peran domestic dan peran conjugal (partner sex), status 2 sebagai ibu yang memiliki peran maternal bagi anak-anaknya dan peran kewargaan sebagai anggota PKK, status 3 sebagai guru yang memiliki peran mengajar dan peran dalam pertemanan dengan rekan kerja di sekolah, status 4 sebagai peneliti memiliki peran dalam penelitian dan peran dalam mempublikasikan hasil penelitian (Macionis, 2000: 84)
Ada juga yang disebut konflik peran (rolr conflict),yakni bertentangannya beberapa peran terkait dengan dua status atau lebih. Contoh, status sebagai ibu yang biasanya mengasuh anak tiap pagi, pada saat yang sama juga harus kerja kantoran karena statusnya sebagai pegawai negeri sipil. Selain konflik peran, ada juga ketegangan peran (role strain), yakni bertentangannya beberapa peran terkait dengan hanya satu status saja. Misalnya, seorang dekan mungkin ingin dekat dengan dengan semua staf fakultasnya, tetapi untuk memastiakan stafnya bekerja dengan baik maka ia menegakkan disiplin kerja, yang berakibat ada jarak hubungan ia dengan stafnya (Macionis, 2000: 85, bdk. Kornblum, 2000: 107-108).
Institusi
Menurut sosiolog, institusi itu berisi status, peran, dan norma yang menyatu dalam menjalankan tugasnya memenuhi kebutuhan hidup yang paling penting, yaitu memproduksi makanan dan membesarkan anak-anak. Misalnya, institusi ekonomi, disitu ada berbagai status dan peran masing-masing seperti pedagang, pembeli, pensuplai barang, dan penawar jasa. Mereka bekerja sesuai aturan jual beli yang disepakati bersama (Macionis, 2000: 62)
Institusi itu cenderung mengalami perubahan yang bergerak lambat. Praktik social yang telah diinstitusionalisasikan telah diestabliskan secara baik, itu berarti telah dikeramatkan oleh tradisi dan kebiasaan yang telah lama dilihat sebagai seuatu yang alamiah dimata anggota masyarakat. Praktik-praktik social yang demikian dirasa menyenangkan, begitu familiar, dapat diprediksi, dan aman. Dukungan dari kebiasaan dan tradisi akan membuat sulit institusi social itu untuk berubah (Macionis, ibid)
Masalah social
Dalam hal ini Soejono Soekanto membuat criteria masalah social diantaranya:
Factor ekonomi terdapat masalah kemiskinan, yang dalam hal ini kemiskinan dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan structural dan kemiskinan absolute.
Factor biologis didalamnya terdapat persoalan yang harus dipecahkan seperti masalah endemis atau penyakit menular sebagaimana terjadi dewasa ini, yaitu kasus flu burung, virus SARS, HIV, penyakit kelamin yang diserang dibeberapa daerah.
Factor psikologis, seperti depresi, stress, gangguan jiwa, gila, tekanan batin, kesejahyeraan jiwa, dan sebagainya.
Factor social dan kebudayaan, seperti perceraian, masalah criminal, pelecehan seksual, kenakalan remaja, konflik ras, krisis moneter, dan sebagainya.
Contoh Masalah Sosial
Kemiskinan
Kejahatan
Disorganisasi keluarga
Masalah remaja
Peperangan
Kelainan social
Masalah kependudukan
Masalah gender
Masalah kekerasan
Fungsi Struktur Sosial dalam Kehidupan Masyarakat
Dalam buku Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial (Abdul Syani: 1987), dijelaskan bahwa dalam struktur social banyak dijumpai berbagai aspek perilaku social. Perilaku social menunjukan adanya gejala yang tetap pada kehidupan masyarakat setelah melalui tahapan perubahan-perubahan tertentu.dengan struktur social,maka secara psikologis anggota masyarakat merasa ada batas-batas tertentudalam setiap melakukan aktivitasnya; individu senantiasa menyesuaikan diri dengan ketertiban dan keteraturan masyarakat yang ada.dalam keadaan demikian norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan paling tidak dapat berfungsi sebagai pembatas dalam perilaku agar tidak melanggar batas-batas hak dari anggota masyarakat yang lain.
Menurut Mayor Polak (1979) sebagai pengawasan sosial, yaitu sebagai penekan kemungkinan-kemungkinan pelanggaran terhadap norma-norma, nilai-nilai, dan peratuan-peraturan, sehingga disiplin dalam kelompok cenderung dapat dipertahankan. Selanjutnya dikatakan bahwa pengawasan dimaksudkan sebagai tujuan untuk mendisiplinkan para anggota kelompo dan menghindarkan atau membatasi adanya penyelewengan-penyelewengan dari nrma-norma kelompok. Tujuan untuk mendisiplinkan kelompok pada dasarnya didorong oleh suatu keinginan dan semangat persatuan diantara anggota kelompok, kesadaran menerima hukum dan norma-norma yang berlaku, dan tunduk kepada kepentingan dan kesejahteraan kelompok secara keseluruhan.
Struktur sosial juga berfungsi sebagai dasar untuk menanamkan suatu disiplin sosial karena aturan disiplinnya berasal dari dalam kelompok sendiri, maka perlakuan pengawasan dalam kelompoknya cenderung lebih mudah untuk dapat diterima sebagai kepentingan sendiri. Dengan berlakunya proses tersebut, maka setiap anggota kelompok akan mendapat pengetahuan dan kesadaran, terutama perihal sikap, adat kebiasaan, dan kepercayaan group feelingnya.
Dengan demikian anggota kelompok dapat mengetahui bagaimana cara bersikap dan bertindak yang sesuai dengan ketentuan dan harapan-harapan umum sehingga kemungkinan perbedaan-perbedaan paham sedikit dapat dikurangi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Jadi secara singkat struktur social dapat didefinisikan sebagai tatanan social dalam kehidupan masyarakat yang didalamnya terkandung hubungan timbal balik antara status dan peranan dengan batas-batas perangkat unsur-unsur social yang menunjuk pada suatu keteraturan perilaku, sehingga dapat memberikan bentuk sebagai suatu masyarakat. Ciri-ciri struktur social secara khusus diantaranya diferensiasi, status, peran, dan institusi. Masalah social menurut Soerjono Soekanto adalah factor ekonomi, biologis, psikologis, social dan kebudayaan. Beberapa Contoh Masalah Sosial diantaranya kemiskinan, kejahatan, disorganisasi keluarga, masalah remaja, peperangan, kelainan social, masalah kependudukan, masalah gender, masalah kekerasan, dsb. Fungsi struktur sosial dalam kehidupan masyarakat menurut Mayor Polak (1979) sebagai pengawasan sosial, yaitu sebagai penekan kemungkinan-kemungkinan pelanggaran terhadap norma-norma, nilai-nilai, dan peratuan-peraturan, sehingga disiplin dalam kelompok cenderung dapat dipertahankan. Struktur sosial juga berfungsi sebagai dasar untuk menanamkan suatu disiplin sosial karena aturan disiplinnya berasal dari dalam kelompok sendiri, maka perlakuan pengawasan dalam kelompoknya cenderung lebih mudah untuk dapat diterima sebagai kepentingan sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Nurdin, Amin dan Abrori, Ahmad. 2006. MENGERTI SOSIOLOGI Pengantar Memahami Konsep-Konsep Sosiologi. Ciputat: UIN JAKARTA PRESS
Abdulsyani. 1992. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Bandar Lampung: Bumi Aksara
Setiadi, Elly. M dan kolip Usman. 2011. PENGANTAR SOSIOLOGI. Jakarta: Kencana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar